31 March 2010


Kalau saja hidup ini bisa kita fahami dengan mudah alangkah eloknya.namun untuk memahami hati manusia juga payah, apalagi untuk memahami makna hidup...

Aku punya seorang adik. Dia penulis hebat. Bait-bait tulisannya adalah seperti belati yang bisa menikam sukma. Tenang dan bersahaja tapi penuh makna. Dulu aku pernah terbaca puisinya..demikan bunyinya “ malamnya adalah seperti kuburan sepi, lalu gugur lah air mata membasahi pipi” dulu aku sekadar membaca puisi ini tapi tidak memahaminya..kini..baru aku faham makna sebenar puisi itu...

Melakar pilu
(Perempuan moga lena dikau malam ini)

Hari ini…
Aku masih mendengar lagi
Rintih hati seorang perempuan
Yang tidurnya tidak pernah berpaksikan lena mutlak
Hanya berselemutkan langit-langit malam
Embun-embun rindu yang berasak menghampir
Mimpi yang begitu setia melakonkan watak petualangnya
Lalu mengundang retak hati seorang perempuan
Melakar pilu
Pada malam yang terlukis kenangan berdarah memahat.

Perempuan itu pasti bukan pengemis
Yang membawa bersamanya mangkuk simpati
Lelehan air matanya adalah benar
Dia hanya memburu janji yang pernah terpatri
Walau tewas akhirnya jua dia pada angin-angin malam
Yang sering membawa mimpi kabut
Lalu lemas dia dalam kehampaan.

Malam ini...
Aku pasti ,teramat pasti
Ada esak pada kelambu-kelambu kamar
Kerana perempuan itu masih setia
Melakar pilu hatinya
Yang kian bengkak dan bernanah
Dan meninggalkan kesan luka
Kecundang dia dalam merebut cintanya.
Sulit
Menyulitkan sekali mengejar waktu yang kian terpinggir
Pada sesak nafas hayat yang kian terhenti
Sedang cita dan cinta masih terkapar di depan sana
Menyatu dalam samar memantul silau
Perjuangan yang belum terjawab.

Pada cinta yang pernah ku sandarkan harapan
Kini segalanya telah tiada
Memberi dan menerima ternyata berbeda
Sang laki-laki itu telah menyulitkan lagi kembara ku
Dan tak akan pernah lagi aku mengejar titis-titis cinta mu.

Kini sendiri lagi aku menghadapi sepi
Melewati takah-takah tajam menyakitkan
Bulan kabarkan pada ku apa rencana terjadi esok
Agar aku bisa siap melayani takdir sebagus mungkin
Meski aku adalah perempuan yang tewas dalam merebut cintanya
Kalah mengharungi lautan cita-cita
Tapi asal sahaja mereka tahu,
Aku tak pernah mungkin tegar menghadapi derita
Kerana aku selalu melangkah dengan berani
Sekalipun aku mandiri sendiri
Tanpa sesiapa pun juga lewat kembara sulit begini.

Nukilan :
Bulan
Tenom Sabah

Pertemuan
( untuk mereka yang mengerti )

Mengapakah kita harus diketemukan
Jika akhirnya terpaksa akur pada perpisahan
Dan mengapa kita harus memberi ruang untuk rasa cinta
Jika kesudahannya harus menyatakan selamat tinggal
Konon tiada jodoh tersurat buat kita.

Itukah yang dinamakan lumrah
Hukum karma untuk seorang yang bernama manusia
Hati terpanggil untuk menyahut gema pertemuan
Jiwa meminta sesuatu yang lebih dari pertemuan itu
Dan akhirnya terpaksa akur pada takdir
Pertemuan tidak akan kekal
Cinta tidak semestinya menyatu.

Kalaulah ku tahu dari dulu
Atau aku bisa menilik takdir
Pastinya tidak ku relakan pertemuan ini
Pertemuan yang hanya meninggalkan hampa dan kecewa
Dan kalau kutahu
Begitu sakit terluka
Lebih baik cinta itu tidak pernah hadir
Mengetuk sekeping hati yang kini retak kembali.

Kota rindu tenom,
28 11 2004 ahad